Kualitas Air Sungai di OKI Rendah Akibat Tercemar
OKI-Kualitas air sungai di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel) ditengarai rendah akibat pencemaran dari berbagai aktivitas, terutama pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut berdasarkan hasil investigasi Gerakkan Barisan Komitmen Konstitusi Sriwijaya dan Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (GNPKRI) tahun 2021-2022.
Ketua Gerakkan Barisan Komitmen Konstitusi Sriwijaya Kabupaten OKI, Asmarullah, menyebut rendahnya kualitas air sungai di kabupaten oki diperoleh dari hasil investigasi di puluhan titik pantau di berbagai wilayah aliran sungai. Yang mana, berdasarkan hasil investigasi pada 2021-2022 ini menunjukkan indeks kualitas air sungai di kabupaten oki masuk dalam kategori rendah.
“Jauh dari target ketetapan yang ada pada standar baku mutu air yang telah ditetapkan pemerintah. Dari beberapa titik pantau dan parameter mengindikasikan jika pencernaan berasal dari aktivitas pertambangan dan perkebunan,” kata Asmarullah, dalam forum diskusi dampak aktivitas pertambangan dan perkebunan, yang digelar di Palembang, Senin (14/6).
Asmarullah menjelaskan, pemerintah kabupaten oki dan dinas lingkungan hidup harus terus berkomitmen untuk meningkatkan standar baku mutu air yang ada di wilayah sungai, sehingga indeks kualitas air bisa mencapai target.
Proses peningkatan mutu air itu, lanjut Asmarullah, bisa berjalan produktif jika undang-undang cipta kerja yang mewajibkan perusahaan menggunakan teknologi dijalan.
“Dari sini tentu diharapkan adanya pengawasan yang lebih baik lagi ke depannya.”
Asmarullah menjelaskan, konstitusi memerintahkan indeks kualitas lingkungan hidup harus melebihi target.
Ketua Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (GNPKRI) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Samsul Bahri mengatakan, dari beberapa penelitian kualitas air sungai yang ada di wilayah perkebunan seperti di Desa Lubuk Ketepeng Kecamatan Jejawi, Beberapa Desa di Kecamatan Kayuagung, kandungan kimia air sungai mengalami peningkatan cukup signifikan ketika melintasi aktivis perkebunan kelapa sawit.
“Penurunan kualitas air sungai disana cenderung meningkatkan secara signifikan akibat aktivitas perkebunan sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat,” kata Samsul Bahri.
Menurut dia, perbaikan kualitas lingkungan hidup, utamanya sungai, membutuhkan keseriusan dari seluruh instansi terkait, terutama oleh pemerintah kabupaten oki dalam memberikan sanksi tegas. Dengan demikian, pelaku usaha perkebunan dan pertambangan dapat lebih memperhatikan kondisi air sungai.
“Ini butuh keseriusan kita bersama seluruh masyarakat, diharapkan dapat berkontribusi dalam hal pengawasan kualitas air sungai di kabupaten oki.”
ADENI ANDRIADI