Cerita Jurnalis Meliput Mudik Lebaran Ingat Keluarga
Melakukan liputan arus mudik lebaran idul fitri 1443 H memberi tantangan tersendiri bagi jurnalis satu ini.
Salah satunya Adeni Andriadi (40), jurnalis Tipikor Sumatera Selatan (Sumsel), yang mengaku kangen keluarga.
“Setiap kangen sama keluarga langsung video call. Ada banyak sekali pengalaman penting bagi saya saat melakukan liputan arus mudik 2022. Salah satunya adalah bisa ketemu sama banyak orang, bisa dapet teman baru dan yang paling penting adalah bisa dapet pengalaman,” katanya, Minggu (8/5/2022).
Ia mengaku kangen sama keluarga karena sempat jauh dari anak istri. Tahun ini menjalin hubungan tali silaturahmi lebih banyak menggunakan gadget,” ujarnya.
Ia mengatakan, jarak Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) ke rumahnya di Palembang, jaraknya lebih dari 100 kilometer.
Dirinya lebih banyak tidur di kawasan Jalan Provinsi Palembang Kayuagung Lampung agar lebih mudah untuk memantau arus mudik.
“Sebetulnya ada rumah saya di wilayah Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, tapi jaraknya lebih dari 60 kilometer dan biasanya hanya untuk mandi dan ganti pakaian,” kata dia.
“Lebih sering tidur di jalan bisa lebih cepat dan mudah untuk memantau perkembangan situasi arus kendaraan mudik di Jalan Provinsi Palembang – Kayuagung – Lampung,” jelasnya.
Jarak tempuh dari rumah yang agak jauh memaksa ia untuk sedikitnya pulang ke rumahnya di wilayah Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin dan kembali lagi ke Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
“Biasanya pamit dulu sebelum pergi ke anak-anak, terutama kepada Istri. Biasanya bilang mau cari berita. Pulang biasanya bawak makanan untuk anak-anak biar mereka senang,” tuturnya.
Ia pun berharap semua hasil liputannya mengenai informasi mudik bisa sangat membantu para pengguna jalan dalam mendapatkan informasi soal jalan dan situasi arus mudik lebaran idul fitri 1443 H.
Di wilayah Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin ia menceritakan, selama liputan arus mudik lebaran idul fitri 1443 H di sana, dirinya mengaku harus bolak balik keluar rumah karena sempat ada beberapa peristiwa kecelakaan maut di jalan raya tersebut.
“Tahun ini agak berbeda karena sehari bisa ganti baju lima kali. Bolak balik keluar rumah ke perbatasan Kabupaten Banyuasin – Palembang bisa tiga kali sehari. Biasanya bawak air mineral dan masker ganti,” katanya.
Ia mengaku senang karena bisa menjalankan tugas jurnalistik sebagai jurnalis saat momen mudik lebaran tahun ini.
Pengalaman adalah guru paling baik. Berada di lapangan pada saat momen lebaran tahun ini benar-benar menantang.
“Berada di lapangan pada momen mudik lebaran idul fitri tahun ini memang banyak sekali pengalaman, ada banyak kelakuan aneh para sopir dan pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan saat mengemudi kendaraan,” bebernya.
Ada banyak sekali pengalaman yang tidak bisa dilupakan, salah satunya adalah melakukan liputan kecelakaan lalu lintas di Jalan Provinsi Palembang – Kayuagung di Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin.
“Ada pengendara sepeda motor yang meninggal dunia di tepi jalan dan sang sopir mobil kabur melarikan diri ke arah Palembang,” kata dia.
Biasanya kalau lagi suntuk becanda sama temen satu profesi di WhatsApp.
“Melakukan liputan dengan selalu berpindah-pindah tempat dari tempat yang satu ke tempat lain biasanya sangat menguras tenaga,” ujarnya.
“Ini bukanlah kali pertama saya melakukan liputan arus mudik. Melakukan liputan arus mudik lebaran adalah momen paling baik bagi saya untuk mengasah keterampilan dalam menulis berita,” pungkasnya.
TIM