Industri Batu Bata Talang Tengah Terancam Bangkrut
Rambutan-Industri batu bata lokal produksi warga Dusun Talang Tengah, Desa Tanjung Merbo Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin, terancam bangkrut karena kalah bersaing dengan produk dari luas daerah yang masuk ke wilayah itu.
Pantauan Tipikor di lapangan, Senin malam 23 Mei 2022, di salah satu sentra penghasil batu bata di Kecamatan Rambutan adalah di Dusun Talang Tengah Desa Tanjung Merbo. Batu bata asal daerah ini dikenal sebagai bata merah press yang menguasai pasaran materiil bangunan di wilayah itu.
Belakangan industri itu terancam tutup setelah batu bata asal daerah lain masuk dan menguasainya pasaran material di wilayah itu. Batu bata asal Dusun Talang Tengah yang dikenal harganya lebih murah juga kualitas bahan baku lebih bagus serta diproduksi mengunakan mesin pres.
“Saat ini batu bata dari berbagai daerah mulai menguasai pasaran di wilayah ini, kualitas mereka lebih bagus dan juga sudah menggunakan mesin bagus. Sedangkan batu bata merah di sini masih terbilang di produksi secara rumahan,” kata Rizal, salah seorang pekerja pembuat batu bata merah di Desa Tanjung Merbo.
Rizal yang mengaku sudah 10 tahun bekerja sebagai buruh batu bata merah tersebut mengakibatkan merasa prihatin dengan perkembangan usaha batu bata merah di desa itu. Usaha batu bata merah di desa ini sudah lebih dari dua tahun terakhir mulai sepi.
Batu bata merah baru bisa dijual setelah proses pembuatan sampai pembakaran memakan waktu hingga 15 hari untuk 60.000 ribu bata. Usaha batu bata merah sudah dilakoni warga setempat sejak puluhan tahun lalu.
“Disini ada banyak bangsal bata yang memproduksi bata merah, sebagian besar warga disini yang tidak mempunyai kebun atau pekerjaan lainnya bekerja di bangsal bata merah ini. Mulai dari tukang aduk bahan, tukang cetak maupun tenaga pembakar bata,” jelas Ahmad (45) seorang pembuat batu bata merah di desa itu.
Untuk membantu usaha ini agar tetap berkembang, pemerintah desa, kata dia, harus memasukkan usaha batu bata ini dalam program BUMDES dengan pembiayaan dana desa.
“Kalangan pelaku usaha batu bata merah di desa ini harus diberikan pinjaman modal, pelatihan manajemen dan lainnya sehingga produksi batu bata di desa ini memiliki standar jual yang tidak kalah dengan bata dari luar daerah,” pungkasnya.
ADENI ANDRIADI