JUSTICIA

Sungai Primer Tercemar Bahan Kimia, Ikan Semakin Sulit Ditemukan

Banyuasin-Sungai Primer yang mengaliri Kecamatan Karang Agung Ilir Kabupaten Banyuasin dan Kecamatan Sungai Lalan Kabupaten Musi Banyuasin saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Di sungai tersebut ditemukan limbah pupuk kimia.

Sementara secara kasat mata, salah satu anak sungai terpanjang di dua Kabupaten di Sumatera Selatan (Sumsel) ini berwarna kecoklatan. Berdasar analisa gerakan barisan komitmen konstitusi sriwijaya, anak sungai tersebut didapati tercemar bahan kimia.

Koordinator Gerakkan Barisan Komitmen Konstitusi Sriwijaya (Gebrakk Sriwijaya) Sumatera Selatan (Sumsel), Nababan, mengatakan tujuan penyusuran anak sungai lalan (Primer) adalah untuk mengetahui kadar polutan dan uji mikroplastik.

Lembaga Swadaya Masyarakat Gebrakk Sriwijaya bersama media ini melakukan penyusuran anak sungai lalan pada Selasa pagi dan menemukan fakta sulit ditemukannya ikan-ikan di anak sungai lalan (Primer) ini, seperti baung, juaro, patin, tapah dan belida.

“Tingginya aktivitas alih fungsi lahan di Kecamatan Karang Agung Ilir, menimbulkan pencemaran di anak sungai ini,” katanya, Selasa, 2 Agustus 2022. Padahal air sungai ini dulunya bisa digunakan sebagai bahan baku minum.

Nababan memastikan, tingginya tingkat pencemaran bahan-bahan kimia menganggu hormon memicu ganguan reproduksi ikan dan menurunkan populasi ikan serta menyebabkan punahnya ikan-ikan akibat kadar polutan meningkat.

Kemarin pihaknya juga melakukan pengambilan sampel air yang menunjukkan tingginya kadar logam berat mangan dan tembaga hingga melebihi 0,2 ppm dan 0.06 ppm.

“Kadar klorin dan pospat cukup tinggi, yaitu untuk klorin 0,16 mg/liter, seharusnya tidak boleh lebih dari 0,03 mg/liter, sedangkan pospat juga tinggi mencapai 0.59 mg/l. Tingginya kadar klorin dan pospat sangat mempengaruhi sistem pernapasan ikan dan mempengaruhi pembentukan telur ikan,” ungkap Nababan.

Selain uji kualitas air, tim juga menguji kadar mikroplastik dalam air dan menemukan dalam 100 liter air anak sungai lalan itu terdapat terdapat 355 jenis mikroplastik. Adapun jenis mikroplastik yang paling mendominasi adalah jenis fiber atau benang-benang yang mencapai 80 persen. Jenis mikroplastik lainnya adalah granula, fragmen dan filamen.

Mikroplastik, pospat, logam berat dan klorin termasuk dalam kategori senyawa perusak hormon, sehingga keberadaannya di anak sungai lalan akan menganggu proses populasi ikan.

Sementara senyawa penganggu hormon seperti mikroplastik dianggap ikan sebagai hormon esterogenik sehingga dimungkinkan terbentuk lebih ikan dengan jenis kelamin betina dibandingkan jantan. Sayangnya jantan inipun tidak bisa membuahi telur ikan betina akibatnya terjadi penurunan populasi ikan.

ADENI ANDRIADI

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *