Talang Tengah Jadi Sentra Bata Merah di Rambutan
Banyuasin-Talang Tengah, Desa Tanjung Merbo, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi sentra bata merah.
Tenda-tenda besar dan kecil berisikan cetakan batu bata merah mentah lengkap dengan tugu-tugu pembakaran terdapat di rumah-rumah milik warga di Talang Tengah di Desa Tanjung Merbo.
Dusun Talang Tengah merupakan salah satu Dusun di antara Desa Tanjung Merbo Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin dengan kondisi tanah cukup kering.
Di dusun ini jarang dijumpai tanaman pangan seperti padi. Hanya pohon karet serta jati yang tampak tubuh.
Kondisi tanah kering dan mengandung tanah liat kemudian dimanfaatkan membuka percetakan batu bata merah.
Koordinator Sumatera Selatan (Sumsel) Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakkan Barisan Komitmen Konstitusi Sriwijaya (Gebrakk Sriwijaya), Nababan SH ketika dihubungi media ini, Senin (23/5/2022) mengatakan, hampa semua warga di dusun talang tengah 50 persen mengantungkan hidupnya dari sektor batu bata merah.
Baik selaku produsen maupun buruh percetakannya. Batu bata merah buatan warga dusun talang tengah sama baiknya dengan batu bata merah yang dibuat di Jawa.
“Mayoritas warga setempat bekerja di sektor batu bata merah. Sisanya lagi jadi petani dan wiraswasta serta ada sebagian yang bekerja jadi sopir di tambang galian C ilegal,” kata Nababan.
“Ada banyak usaha batu bata merah di sana. Rata-rata di setiap rumah ada usaha batu bata merah,” ungkapnya.
Rizal (42), seorang warga Dusun Talang Tengah mengaku, sudah 5 tahun menjadi sopir mobil molen.
Namun sudah lima tahun ini ia bekerja sebagai buruh di tempat pencetakan batu bata merah.
Dengan beberapa orang pekerja lainnya ia mampu memproduksi 15000 sampai 60.000 buah batu bata merah per bulan.
“Masuk musim krisis moneter sekarang ini produksi batu bata merah kami tidak terlalu besar. Kalau sudah jadi biasanya diantar kepada para pemesan,” jelasnya.
Untuk menghasilkan batu bata merah,perlu proses cukup rumit dan waktu yang cukup lama.
Sejumlah bahan dasar seperti tanah liat dan air dicampur terlebih dahulu kemudian dicetak.
Setelah itu baru hasil cetakan diiris-iris agar lebih rapi lagi dan cepat kering.
Sesudah kering dan berwarna coklat, batu bata merah mentah ini dimasukkan ke tungku api dan dibakar dengan kayu bakar selama dua hari satu malam hingga warna menjadi kemerahan.
“Harga tanah sekarang sudah mahal. Satu dum truk tanah liat biasanya Rp 150.000 sekarang sudah Rp 180.000. Kayu bakar dulu Rp 600.000, sekarang satu mobil truk sudah Rp 800.000,” kata Ahmad (45), salah seorang pekerja batu bata merah.
ADENI ANDRIADI