RAGAM

Kisah Riduan & Tari, Buruh Yang Tidak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah

OKI – Kisah pilu dari warga yang tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Riduan (62 tahun) dan Tari (42 tahun) warga Desa Linggkis, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel) ini, setiap hari harus berjuang demi bertahan hidup dengan bekerja sebagai buruh harian lepas. Riduan rela berkeliling desa demi untuk mengais rezeki.

Namun sayangnya, di tengah situasi pandemi dua tahun terakhir, ia hanya mampu mendapatkan pekerjaan 15 hari dalam satu bulan dengan upah 50 ribu per hari. Dari hasil bekerja sebagai buruh selama 15 hari dalam satu bulan itu, ia hanya mendapatkan uang hasil upah sebesar Rp 750 ribu.

Riduan dan Tari, hidup berdua di sebuah gubuk yang kurang layak dengan keterbatasan. Ia sudah ditinggal meninggal oleh kedua orang tuanya berapa tahun lalu, sedangkan anak-anaknya sudah sejak lama menikah. Sejak lima tahun lalu, Riduan dan Tari memilih untuk bertempat tinggal ditepi jalan diujung dusun l di desa linggkis.

“Tinggal di sini sudah lima tahun, sudah sejak dulu jadi buruh. Saya tinggal bersama istri saya di gubuk ini,” ujar Riduan kepada Tipikor Investigasi.Com, di depan gubuknya, Selasa (3/1/2023) sore.

Ramainya pembagian bantuan sosial dampak dari virus Corona dalam dua tahun terakhir, Riduan dan Tari sang istri diketahui memiliki empat orang anak, tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Jangankan bantuan langsung tunai Covid-19, bantuan-bantuan sebelumnya pun mereka tidak pernah mereka terima.

Menurut Riduan, pihak pendata sudah ada yang meminta identitas mereka berdua, namun hingga hari ini tidak pernah ada datang barang ataupun uang yang diterimanya dari pemerintah.

“Tidak ada yang ngasih, sudah lama dari desa sampai ke sini tapi tidak ada, sudah di data cuma kami belum pernah dikasih apa-apa,” ucapnya.

Sementara menurut Tari istri Riduan, selain mereka terdapat banyak lagi warga di desa ini yang juga tidak mendapatkan bantuan. Pemerintah desa setempat beralasan karena tidak memiliki identitas.

“Di desa ini banyak, sama seperti kami tinggal di gubuk. Mereka juga tidak pernah mendapatkan bantuan,” ujarnya.

Diketahui, selama ini, dalam dua tahun terakhir, pemerintah pusat, dan provinsi, hingga ke tingkat kabupaten dan desa, telah menggelontorkan bantuan bagi warga yang terdampak virus corona. Namun, banyak warga di desa linggkis komplain karena merasa tidak pernah mendapatkan bantuan.

ADENI ANDRIADI

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *